KONFORMITAS DAN KEPATUHAN
Nama :
Amestia Prasinata Panggabean
Nim :
15112141044
Mata Kuliah : Psikologi Sosial
BAB I
(PENDAHULUAN)
1.1
Latar Belakang Masalah
Konformitas
tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang
lain, tetapi juga berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak.
Konformitas adalah tindakan atau berfikir secara berbeda dari tindakan dan
pikiran yang biasa kita lakukan jika kita sendiri . Oleh karena itu,
konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan
orang lain.
Lalu
apakah konformitas baik atau buruk? Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang
ilmiah. Dengan berasumsi menggunakan nilai-nilai yang kebanyakan dari kita
miliki bersama-sama, kita dapat mengatakan konformitas terkadang buruk (ketika
membuat seseorang menyetir dalam keadaan mabuk atau bergabung dalam perilaku
rasis), namun terkadang baik (ketika mencegah seseorang memotong barisan
antrian bioskop), atau bisa saja tidak jelas (ketika menentukan pemain tenis
untuk mengenakan baju berwarna putih). Dan biasanya penilaian tentang
konformitas berbeda-beda pada setiap budaya. Kuncinya adalah apakah perilaku
dan keyakinan yang dimiliki akan tetap sama jika terlepas dari kelompok.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Apa Pengertian Konformitas Dan Kepatuhan ?
B.
Adakah Penelitian Klasik Dari Konformitas dan
Kepatuhan?
C.
Apa Saja Faktor Yang Menentukan Kepatuhan ?
D.
Apa Saja Faktor
Munculnya Dan Penurunan
Konformitas ?
E.
Apa Saja Faktor Penyebab Sesorang Melakukan
Konformitas
1.3
Tujuan
Makalah
A. Menjelaskan
Apa Arti Konformitas Dan Kepatuhan
B. Menjelaskan
Beberapa Penelitian Klasik Dari Konformitas dan Kepatuhan
C. Menjelaskan
Faktor Yang Menentukan Kepatuhan
D. Menjelaskan
Faktor Munculnya Dan Penurunan Konformitas
E.
Menjelaskan Faktor Penyebab Sesorang Melakukan
Konformitas
II
(PEMBAHASAN)
A. Pengertian
konformitas dan kepatuhan
Konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai akibat dari
tekanan kelompok. Sedangkan Kepatuhan adalah seseorang yang menampilkan
perilaku tertentu karena adanya tuntutan meski mereka lebih suka untuk tidak
menampilkannya.
Ada dua
jenis konformitas yaitu:
- Pemenuhan: pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan kelompok sementara di dalam tidak menyetujui hal tersebut. Serangkaian pemenuhan disebut dengan kepatuhan. Contoh: Kita menggunakan dasi kupu-kupu ataupun gaun meski kita tidak menyukainya. Ketidak tulusan diluar konformitas ini adalah Pemenuhan. Kita mematuhi terutama untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman, jika pemenuhan kita adalah pada perintah yang tegas, kita menamakannya Kepatuhan.
- Penerimaan: meyakini dan juga melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh tekanan sosial. Contoh:Kita mungkin bergabung dengan jutaan orang lain untuk berolahraga karena kita telah diberikan informasi bahwa berolahraga dapat memberikan kesehatan dan kita menerimanya sebagai kebenaran. Pernyataan yang sungguh-sungguh ini, termasuk kedalam konformitas yang disebut dengan penerimaan.
B. Penelitian Klasik dari Konformitas dan Kepatuhan
a)
Penelitian sherif mengenai pembentukan Norma
Penelitian yang dilakukan oleh Muzafer Sherif
(1935-1937). Penelitian ini memusatkan perhatian pada kekuatan kebudayaan untuk
menciptakan dan mengabadikan norma.
b)
Penelitian Asch Mengenai Tekanan Kelompok
Penelitian ini dilakukan oleh Solomon Asch
(1907-1996).
c)
Eksperimen Kepatuhan Milgram
Eksperimen Milgram menguji apa yang terjadi ketika
tuntutan otoritas berbenturan dengan tuntutan dari hati nurani.
C. Faktor yang
menentukan kepatuhan
Faktor yang menentukan kepatuhan yaitu:
1. Jarak dengan korban
Artinya dalam
kehidupan sehari-hari lebih mudah memperlakukan seseorang dengan kejam jika
orang tersebut memiliki hubungan tidak dekat dan tidak terikat secara personal.
Orang yang mungkin tidak pernah bertindak kejam kepada seseorang ketika ia
sendirian, mungkin ia sangat kejam saat memberika komentar yang ditujukan
kepada seseorang yang tidak dikenal pada papan buletin diskusi diinternet.
2. Kedekatan dan Legatimasi Otoritas
Kehadiran
secara fisik dari eksperimenter juga mempengaruhi kepatuhan. Ketika eksperimenter
Milgran memberikan perintah dengan menggunakan telepon, kepatuhan penuh menurun
hingga 21 persen (meski banyak yang berbohong dan mengatakan mereka mematuhi
perintahnya). Penelitian yang lain mengatakan hal yang sama bahwa ketika orang
yang membuat perintah dekat secara fisik, maka pemenuhan akan meningkat.
3. Institusi Otoritas
Milgram memindahkan eksperimennya ke Bridgeport,
Connecticut yang kurang bergengsi. Ketika eksperimen “pelajar memiliki
permasalahan jantung” dijalankan orang yang sama, berapa persen pria yang
benar-benar paruh? Meskipub rata-rata tingkat kepatuhan(48%) masih sangat
tinggi, secara signifikan lebih rendah dari 65% saat di yale
4. Efek Membebaskan dari Pengaruh Kelompok
Eksperimen klasik ini memberikan pandangan negatif
tentang konformitas kepada kita. Namun, konformitas dapat menjadi suatu hal
yang berstruktif pula.
D. Faktor
Munculnya dan Penurunan konformitas
Faktor yang sangat penting bagi timbulnya konformitas adalah
kesepakatan pendapat kelompok. Orang
yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan
yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu,
akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Bahkan bila satu orang saja
tidak sependapat dengan anggota yang lain dengan kelompok tersebut, tingkat
konformitas akan turun seperempat dari tingakat umumnya. Ini terjadi dalam
kelompok kecil, dan juga muncul dalam kelompok dengan anggota sampai 15 orang.
Salah satu hal yang paling mengesankan mengenai gejala ini adalah bahwa gejala
tersebut tidak bergantung pada siapa orang yang tidak sependapat dengan
kelompok. Tidak perduli apakah orang tersebut mempunyai jabataban tinggi atau
tidak, mempunyai keahlian atau tidak, konformitas cenderung turun sampai
tingkat yang sangat rendah.
Faktor
penurunan konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan antara
lain yaitu:
- Tingakat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas.
- Bila anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat yang sama, keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat. Seperti telah kita ketahui, keyakinan yang kuat akan menurunkan konformitas.
- Menyangkut keengganan untuk menjadi orang yang menyimpang, bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang baik dalam pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain. Bila orang lain juga mempunyai pendapat yang berbeda, dia tidak akan dianggap menyimpang dan tidak akan dikucilkan.
E.
Faktor Penyebab
Seseorang Melakukan Konformitas
1. Keinginan untuk disukai dan rasa takut pada penolakan
Salah
satu alasan penting mengapa kita melakukan konformitas adalah kita belajar
bahwa dengan melakukannya bisa membantu kita mendapatkan persetujuan dan
penerimaan yang kita dambakan. Sumber konformitas ini dikenal dengan pengaruh
sosial normative karena pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku
kita untuk memenuhi harapan orang lain. Untuk disukai dan diterima dalam suatu
kelompok, kita cenderung malakukan konformitas agar sesuai dengan kelompok
tersebut. Selain itu, apapun yang dapat meningkatkan rasa takut kita akan
memperoleh penolakan oleh kelompok tersebut juga akan meningkatkan konformitas.
2. Keinginan
untuk merasa benar (pengaruh sosial informasi)
Kita
menggunakan opini dan tindakan mereka sebagai panduan opini dari tindakan kita.
Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan sosial bagi kita, dan kita
menggunakan semuanya itu sebagai pedoman bagi tindakan dan opini kita sendiri
dasar ini disebut pengaruh sosial informasional karena hal tersebut didasarkan
pada kecenderungan kita untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber
informasi tentang berbagai aspek dunia sosial. Contoh kita mengikuti trend
rambut rebonding untuk keinginan merasa bahwa model rambut ini lah yang benar,
yang memang sedang trend saat ini.
3. Membenarkan
konformitas
Beberapa
orang yang melakukan konformitas melakukannya dengan sepenuh hati, mereka
menganggap bahwa mereka salah dan orang lain benar dan dengan melakukan konformitas
hanya akan menimbulkan dilema sementara. Namun banyak juga yang beranggapan
penilaian mereka benar namun mereka tidak mau menjadi berbeda sehingga mereka
berperilaku tidak konsisten dengan belief pribadi mereka. Sehingga untuk
mengubah persepsi mereka pada situasi tersebut, mereka membenarkan konformitas.
IV
(PENUTUP)
4.1
KESIMPULAN
Konformitas
adalah seseorang yang melakukan perilaku-perilaku tertentu karena sikap orang
lain juga menampilkan perilaku tersebut. Kepatuhan adalah seseorang yang
menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meski mereka lebih suka
untuk tidak menampilkannya.
Faktor yang
sangat penting bagi timbulnya konformitas adalah kesepakatan pendapat kelompok.
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat
tekanan yang kuat untuk menysesuaikan pendapatnya. Namun, bial kelompok tidak
bersatu, akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
Faktor penurunan konformitas yang drastis
karena hancurnya kesepakatan antara lain yaitu:
1.
Tingakat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun
bila terjadi perbedaan pendapat.
2.
Bila anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat
yang sama.
3.
Menyangkut keengganan untuk menjadi orang yang menyimpang.
Faktor
penyebab sesorang melakukan konformitas adalah sebagai berikut:
1. Keinginan
untuk disukai dan rasa takut pada penolakan
2. Keinginan
untuk merasa benar (pengaruh sosial informasi).
3. Membenarkan
konformitas.
4.2 SARAN
Konformitas
tidak selamanya memiliki nilai yang negatif. Konformitas juga dapat dijadikan
sebagai proses menunjukkan toleransi, kontrol diri, dan kematatangan. Moralnya:
kita harus memiliki label untuk disesuaikan dengan nilai-nilai dan penilaian
kita sendiri. Intinya adalah perilaku dan keyakinan yang kita sebaiknya sama
terlepas dari kelompok yang ada. Artinya konformitas yang kita lakukan bukan
hanya sekadar untuk mengikuti nilai-nilai dalam kelompok, tetapi juga mengikuti
atau sesuai dengan kata hati kita sendiri atau penilaian kita sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
David
G.Mayers, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012
http://annisaavianti.wordpress.com/tag/faktor-yang-mempengaruhi-konformitas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Yah?